Ada tiga alasan kuat mengapa Klub Riset Bea Cukai harus berdiri.
Pertama. Tujuan dibentuknya organ-organ pemerintah tertuang dalam paragraf IV Pembukaan UUD 1945 yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan menjaga ketertiban dunia. Organ pemerintah merupakan alat untuk melakukan rekayasa sosial. Merekayasa dari keadaan miskin menjadi sejahtera, dari bodoh menjadi cerdas, dari konflik menjadi damai.
Bea cukai sebagai salah satu organ pemerintah juga dibentuk untuk mencapai ketiga tujuan tersebut, dalam lingkup tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya. Bea cukai bertanggung jawab dalam melindungi masyarakat, memfasilitasi perdagangan, membantu industri dalam negeri, dan mengumpulkan penerimaan negara. Bahwa narkotika yang dihalau penyelundupannya, industri dalam negeri yang diberikan penangguhan pembayaran pabeannya, bea masuk yang dipungut, rokok dan minuman keras yang diawasi, dan lainnya, semua dalam rangka merekayasa keadaan hingga terwujud ketiga tujuan tadi.
Rekayasa sosial yang berhasil membutuhkan sinergi tiga sektor: pemerintah, swasta, dan masyarakat. Kebijakan pemerintah akan efektif berjalan jika adil bagi pihak swasta dan masyarakat. Sektor swasta akan berhasil jika menaati peraturan pemerintah dan tidak mengabaikan kepentingan masyarakat. Masyarakat yang baik adalah mereka yang mendukung kebijakan pemerintah yang benar dan pihak swasta yang jujur. Ketiganya akan saling memberikan manfaat yang akhirnya mengubah kehidupan sosial ke arah yang lebih baik. Akan berbahaya jika yang terjadi adalah sebaliknya. Alih-alih rekayasa positif, yang muncul adalah destruksi sosial, sebuah pengubahan keadaan sosial secara negatif. Sayangnya destruksi sosial hanya mensyaratkan tiga hal juga: pemerintah korup, pemodal rakus, dan masyarakat yang bodoh.
Sekarang ini, kenyataan beratnya tugas bea cukai ternyata tidak diimbangi dengan luasnya dukungan masyarakat. Survei membuktikan bahwa masih ada masyarakat yang memiliki stigma negatif terhadap bea cukai, tidak sedikit yang belum mengerti betul apa tugas bea cukai, dan bahkan banyak yang tidak tahu apa itu bea cukai. Ketidaktahuan masyarakat dapat dimanfaatkan oleh pebisnis culas atau oknum petugas oportunis untuk menjalankan rencana jahatnya. Sementara keduanya asyik masyuk, masyarakat dapat dipropaganda sedemikian rupa hingga tersesat opininya, apatis dan abai, atau hanya terdiam karena ketidaktahuannya. Bea cukai menghadapi tantangan rekayasa sosial yang begitu besar.
Kedua. Bea cukai merupakan salah satu institusi dan profesi tertua di dunia, selain kerajaan dengan rajanya, kuil dengan pendetanya, dan angkatan perang dengan tentaranya. Kehadirannya hampir sama tuanya dengan usia perdagangan antar wilayah kekuasaan politik di bumi ini. Penduduk Mesopotamia, Mesir Kuno, Mohenjo-Darro, dan Tiongkok zaman Dinasti Han telah mengenal bea cukai. Sebagai perangkat negara, bea cukai terus dipraktikkan dari masa ke masa, hingga masa negara modern sekarang ini. Bea cukai juga telah dimiliki oleh kerajaan-kerajaan pendahulu di negara kita, dari Sriwijaya, Majapahit, hingga kesultanan-kesultanan Islam seperti Aceh, Banten, atau Mataram. Bea cukai menjadi insititusi penting bagi pemerintah kolonial Belanda salah satunya dengan menjadikan pegawainya sebagai elit pemerintah dengan gaji yang lebih tinggi dari pegawai lainnya. Saat Indonesia merdeka, bea cukai juga menjadi salah satu organisasi yang dibentuk pertama kali di tahun pertama kemerdekaan. Meski beberapa kali harus dihantam cobaan, bea cukai kemudian tumbuh menjadi organisasi dengan tradisi yang kuat.
Sekarang ini setiap negara maju memiliki bea cukai yang maju juga, dan negara yang ingin maju berupaya sebisa mungkin memajukan bea cukainya. Masyarakat yang mau maju, perlu tahu dan kemudian mendukung kemajuan bea cukai negaranya.
Ketiga. Bea cukai Indonesia sekarang ini dihuni oleh 40% pemuda berusia di bawah 30 tahun dan 40% lainnya di usia matang 30-50 tahun. Jika dikembangkan dengan benar, pemuda adalah modal penting untuk membuat sejarah. Namun sayangnya pemuda bea cukai jauh dari tradisi keilmuan, jauh dari tradisi membaca. Menemukan perpustakaan di kantor-kantor bea cukai adalah hal yang langka. Menemukan pegawai bea cukai yang gemar membaca adalah hal yang sulit. Apalagi hal-hal sukarela mengenai kajian, diskusi, penelitian, atau penulisan buku tentang bea cukai. Padahal membaca adalah perintah pertama untuk kesuksesan manusia. Padahal mereka yang mau meneliti dan mengembangkan dirinya sendiri lah yang akan maju. Manusia tidak akan bertindak melampaui pengetahuannya, maka untuk menemukan kunci-kunci kemajuan dan solusi-solusi baru, manusia mutlak perlu menambah pengetahuannya terlebih dahulu.
Sejalan dengan hal itu, meski juga belum matang dan cenderung kurang mampu berpikir mendalam, Indonesia juga dihuni oleh mayoritas usia produktif yang berpikir terbuka dan melek internet. Dengan potensi dua kelompok pemuda di sisi pemerintah dan masyarakat, maka peluang rekayasa sosial bea cukai menjadi semakin besar. Mereka hanya perlu dihubungkan.
Maka..
Karena setiap sejarah besar selalu diawali oleh inisiatif segelintir orang, dengan ketiga alasan di atas, beberapa pemuda sepakat untuk mendirikan Klub Riset Bea Cukai tepat pada tanggal 26 Januari 2014 di sebuah bilik kelas kayu Balai Diklat Keuangan Pontianak.
Tujuan berdirinya klub ini adalah untuk melahirkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan tentang bea cukai. Karena dengan bea cukai sebagai ilmu, masyarakat akan lebih mudah mengenali, mempelajari dan kemudian mendukung kemajuan bea cukai.