Seperti biasa, saat ini dan nanti kita sedang bergulat di era kompetisi, yang sedemikian banyak dikendalikan oleh informasi (information-driven). Ketatnya kompetisi mengubah keunggulan bersaing bukan pada kepemilikan aset fisik dan finansial lagi, tapi pada kepemilikan aset pengetahuan dan penguasaan informasi. Bukan lagi the haves dan the haves not, tapi the knows dan the knows not. Kapasitas intelektuallah yang akan menentukan keunggulan bersaing.
Untuk memiliki keunggulan bersaing tersebut, dalam konteks organisasi, perlu dilakukan pengelolaan pengetahuan. Pengelolaan pengetahuan sendiri merupakan proses menyimpan, menata sedemikian rupa, dan meningkatkan pengetahuan yang dimiliki oleh suatu organisasi. Sumber pengetahuan tersebut terutama berasal dari pengetahuan yang dimiliki oleh individu anggota organisasi. Kemudian ditunjang dari literatur, data, lalu lintas informasi, maupun pengetahuan eksternal yang lain.
Pengetahuan individu anggota organisasi pada intinya adalah potensi yang dimiliki individu tersebut. Bisa ilmu, keahlian, ide, pengalaman, atau yang lain. Sehingga untuk mendapatkan potensi tersebut, perlu adanya pemberdayaan dan curah gagasan, atau yang kemarin kita kenal dengan sinergi. Sinergi yang dilakukan terus-menerus dan berkelanjutan, ditopang dengan infrastruktur dan akses informasi lain, itulah pengelolaan pengetahuan.
Jadi, untuk memulai mengelola pengetahuan perlu dibiasakan dulu sinergi dalam organisasi. Dalam pada itu, perlu disiapkan infrastruktur dan sarana lainnya. Tidak perlu dari hal-hal yang berat, bisa dimulai dari hal-hal yang kecil dan sederhana. Misalnya merekam data pelanggan, klien, atau stakeholder organisasi. Sumbernya juga tidak harus rumit, dari daftar absen peserta bedah buku yang Anda selenggarakan, atau daftar absen pengunjung perpustakaan Anda misalnya. Atau merekam hasil seminar yang organisasi Anda lakukan, bisa dalam bentuk keping rekaman, foto, catatan, atau yang lain. Tujuannya bukan untuk mengenang bahwa organisasi Anda pernah mengadakan seminar tersebut, tapi agar hasil seminar tersebut benar-benar menjadi pengetahuan yang baru bagi organisasi Anda, termasuk bagi mereka yang tidak mengikuti seminar tersebut. Lebih lanjut, kalau setahun lalu diadakan 3 seminar, lalu di akhir tahun terjadi pergantian pengurus, pengurus baru tentu tetap bisa mendapatkan ilmu dari 3 seminar tahun lalu, tanpa harus mengadakan seminar yang sama lagi di tahun ini. Dan tahun ini tinggal meningkatkannya dengan mengadakan seminar lain. Contoh lain ya seperti membuat kliping koran, membuat database, dan lain-lain. Jadi, pengetahuan dalam organisasi akan terakumulasi dan terus meningkat, meski sudah terjadi pergantian individu di organisasi.
Artikel ini pernah dimuat dalam kolom Resonansi pada sebuah koran lokal di Sulawesi Tenggara pada medio 2006.