Ketika kita akan membangun sebuah rumah, kita perlu merancangnya dulu di atas kertas. Oleh kita atau arsitek kita. Rancang bangun tersebut menjadi pedoman pembangunan. Sehingga setiap kegiatan yang tukang lakukan, menjadi serangkaian proses yang terarah menuju rumah yang kita rencanakan. Tidakmungkin dong tiba-tiba kita membeli pasir, ngaduk semen, atau pasang genteng, kalau sebelumnya, minimal, kita belumpernah membayangkannya.

Sebagaimana membangun rumah, demikian pula hidup kita semestinya. Untuk mencapai suatu realitas tertentu, kita harus merencanakannya terlebih dahulu. Sehingga setiap langkah yang kita ambil merupakan bagian integral dari serangkaian proses pencapaian tujuan kita. Bukanasal melangkah, sia-sia, apalagi konyol. Saya kira sampai di sini, penting tidaknya suatu perencanaan sudah tidak perlu diperdebatkan lagi.

Selanjutnya, satu hal yang penting adalah, meskipun tujuan dan rencana yang menyertainya telah ditetapkan, tujuan dan rencana tersebut jangan sampai membatasi kita untuk mengeksploitasi kesuksesan yang lebih besar. Tujuan, bagi kita, adalah kondisi kemenangan yang kita inginkan. Merencanakan tujuan sama dengan merencanakan kemenangan. Tujuan bukanlah batas atau kondisi akhir yang tidak dapat diganggu gugat. Kalau kita menargetkan semi final, apakah kita akan walk out di partai final?

Adapun kemenangan yang baik adalah kemenangan yang gemilang. Gemilang sendiri dapat didefinisikan sebagai pencapaian maksimal dari pemberdayaan sumber kekuatan secara optimal.

Perencanaan-termasuk rencana strategis organisasi atau gerakan- yang baik, tidak ditentukan oleh ketebalan wujud hard copy-nya. Rencana terbaik bukan pula yang paling berbusa-busa datanya. Data seperti vitamin, kita memerlukannya dalam porsi yang tepat. Tidak kurang, tidak lebih. Yang lebih penting adalah analisis mengenai informasi yang dihasilkan data tersebut. Itulah intelijen.

Secara garis besar, dalam merencanakan, yang pertama kali kita lakukan adalah melakukan pemetaan terhadap kekuatan yang ada. Diperlukan analisis SWOT yang jujur dan se-riil mungkin. Dari sini dapat kita ketahui posisi kita di arena, kemudian kita tentukan strategi umumnya: ofensif, defensif, menyisir, atau gerilya. Kedua, baru kita tetapkan tujuan yang ingin kita capai. Kaitkan dengan visi umum (untuk rencana berjangka), waktu yang tersedia, dan kemampuan. Pertimbangkan pula tahapan serta ukuran keberhasilannya. Ketiga, kita tentukan marketing strategy-nya. Berbicara marketing strategy, berarti kita berbicara mengenai taktik. Taktik sendiri merupakan senjata tunggal yang kita miliki untuk memenangkan pertempuran sekaligus peperangan. Terakhir, saat ketiganya siap, berarti waktu untuk take action telah tiba.

Artikel ini pernah dimuat dalam kolom Resonansi pada sebuah koran lokal di Sulawesi Tenggara pada medio 2006.